Selasa, 15 September 2009

Menangis

By asmirzah

kesedihan, setiap orang pernah merasa bersedih, bersedih itu adalah makanan perasaan yang tertekan. bersedih itu perasaan hati yang bersih yang ada pada manusia dimana dia sangat dekat dengan mental apatis yang dapat membuat orang lain dapat merasa gila. mengapa demikian bersedih memiliki puncak dimana puncak tertinggi itu adalah perasaan pasrah pada sesuatu yang didapatkan oleh seseorang dan apabila seseorang tersebut tidak dapat menemukan makna atau hikmah maka orang tersebut akan jatuh terpelosok kedalam jurang pikiran yang terosilir. dan apabila dia menemukan yang dinamakan hikmah maka dia akan selamat dan menjadi manusia yang lebih tegar lagi, hatinya lebih kuat.

bersedih itu selalu merasa kehilangan pada sesuatu, seperti teman, keluarga, peliharaan, perasaan, pikiran. setiap manusia akan merasakan kesedihan tetapi tidak selalu kita harus merasakan kehilangan, sebagai manusia harus dapat merasakan kesedihan itu lebih peka mengapa, karena sifat solidaritas akan tumbuh bersama. melihat orang lain yang bersedih kita harus mencoba untuk merasakan bagaiman kepedihan seseorang terhadap masalah yang timbul.

Menangis adalah perasaan seseorang yang sangat bersih dimana disana dapat dilihat bagaimana menagis itu menjadi jembatan persoalan yang dihadapi meskipun didepan tidak harus melalui rintangan lagi namun menangis itu dapat menghibur hati yang sedang merasa sedih disini puncak seseorang pada Tuhannya terbentuk dimana seseorang tersebut merasa tidak dapat lagi melakukan apapun, kepasrahan yang luar biasa, disini hati seseorang yang paling bersih timbul. seseorang menangis juga dapat diartikan seseorang tersebut mengalami kebahagian yang luar bisa, terharu. Menangis itu sebagai obat yang merasakan kegelisahan didalam hati seseorang. maka dari itu menangislah meskipun terpaksa. menangislah karena TuhanMu telah memberikan dirimu nikmat yang banyak dan lihatlah kebawah, orang-orang yang telah gagal dalam hidup, orang-orang yang susah dalam kehidupan. bersedihlah tak kala engkau merasakan saudara-saudaramu yang disana tertindas, yang mana teriakan mereka tidak terdengar oleh dunia.

Hati Yang Istikomah ....!

Belajar dari pengalaman diri nich, bahwa salah satu cara yang paling baik untuk dapat menjaga diri menjadi Istikomah adalah dengan cara :

1. Banyak belajar
Membaca dari literatur buku yang baik, jangan asal-asalan jadi intinya belajar terus

2. Seringnya menangis
Hati sekeras apapun pada manusia ternyata, dapat lembut oleh karena menangis, mengapa ! karena dengan menangis bearti manusia itu berada dalam teguran yang keras dari Tuhan setiap masalah yang dihadapinya menjadikan hatinya sadar bahwa dia baru menyadari setiap masalah yang datang tidak sanggup dia hadapi sendiri dan mengharapkan pertolongan yang Maha Penolong yaitu Tuhan.

3. Ingin memperhatikan, dan diperhatikan
Sebagai manusia setiap manusia itu ingin di hidupnya mengalami perubahan atau istikomah dalam beribadah. Tetapi ada harapan yang besar dihati setiap manusia untuk selalu diberikan kemantapan hati disaat imannya lagi melambung dan tidak ingin redup oleh masalah yang ada. Hal ini mengakibatkan seseorang itu ingin selalu Agar Tuhan memberikan hati yang mantap terus menerus untuk menjalankan ibadah. Tetapi dasar manusia, pasti mengalami turun naik keimanannya. Mungkin kita perlu mengambil konsep yang sederhana juga misalnya kita yang memberikan perhatian kepada Tuhan misalnya pada saat mengalami kelesuan dalam beribadah, kita yang sekali-sekali menjaga hubungan dengan Tuhan. jadi intinya sistem berpikir ini untuk menjaga kualitas diri bahwa kita juga perlu memberi perhatian terhadap Tuhan. meskipun Tuhanlah yang mengatur segalanya.

Perubahan Itu....!

Hitungan mundur nich menuju ke perbaikan diri, entah mengapa semua masalah yang ada menjadikan diri semakin jadi dewasa mungkin, sehingga ingin merubah segala aspek nich. Sudah 10 tahun menunggu proses perubahan ini terjadi tetapi karena masa muda dan pergaulan sehingga untuk dapat mengembangi diri butuh proses yang baik dan matang. Mungkin salah satu faktornya adalah umur yang semakin bertambah.
Mencoba bercermin diri dari para tokoh yang pernah ada, misalnya aja AA'gym yang katanya mengalami perubahan diri mulai dari umur 24 tahun, dan berkembang menjadi manusia dan ulama yang mandiri. Atau yang lebih hebat lagi yaitu Rasulullah mungkin sekitar umur 20 tahunan. nach kalau aku mulai dari sekarang kali perubahan itu. Mungkin habis ultah aja, maklum lagi ngumpulin materi agar diri ini mantap menentukan setiap pilihan yang ada.
Ternyata, untuk menjadi perubahan itu butuh mental juga yach, tidak hanya sekedar langsung sadar dalam ajaran agama, tapi harus berani dalam istikomah dalam pilihan dan memantapkan diri untuk menjadi manusia yang lebih baik. Misalnya aja ada salah satu temannya teman punya teman dan kata temannya begini seorang perempuan untuk mengenakan jilbab itu tidak hanya langsung memakainya saja, mengapa. karena orang yang ingin sungguh-sungguh memantapkan diri dalam istikomah harus tahu terlebih dahulu apa yang akan dia lakukan dan sadar betul yang dia lakukan sehingga diperlukan ilmu dan bimbingan yang cukup misalnya banyak membaca buku tentang hal tersebut atau bertanya kepada yang terasa lebih mengerti tentang masalah tersebut. Sehingga setelah dia memutuskan sesuatu hal dan dia sadar betul bahwa yang dia lakukan itu merupakan keputusan yang benar-benar dilakukan dengan cara yang sangat mantap. Mulai dari ia harus mengetahui batasan tentang islam tentang pergaulan antar jenis, bertingkah laku, menggunakan pakaian yang baik dan benar, mencari teman yang baik juga, dan juga mampu menjadi pembelajaran untuk orang disekelilingnya. Coba aja lihat orang yang tidak mampu istikomah misalnya saja menggunakan pakaian serba ketat tapi berjilbab, atau berjilbab tapi tidak tahu batasan tentang lawan jenis, atau sebentar dipakai kalau mau pergi tapi kalau dirumah tidak. hal ini menjadikan keistikomahan dalam Islam telah berkurang ciri khas keIslamannya dan bisa-bisa dijadikan sebagai menghina agama itu sendiri. misalnya pakai jilbab tapi bermaksiat ditengah umum atau lainnya. jadi hal ini jauh dari tuntunan Islam itu sendiri.
Lantas bagaimana proses perubahan ini dapat bertahan terus menerus. ini yang menjadi permasahalan yang cukup kompleks, karena iman seseorang itu mengalami gonjang-ganjing yang luar biasa dalam menghadapi permasalahan. jadi jawabannya ya belajar terus untuk membentengi diri yaitu dengna banyak membaca buku.

Jumat, 20 Maret 2009

KEMANJAAN

By : Anis Matta
Jika kita hanya membaca biografi pahlawan, atau mendengar cerita kepahlawanan dari seseorang yang belum pernah kita lihat, barangkali imajinasi yang tersusun dalam benak kita tentang pahlawan itu akan berbeda dengan kenyataannya. Itu berlaku untuk lukisan fisiknya, juga untuk lukisan emosionalnya. Abu hasan Ali Al-Halani Al-Nadwi, yang tinggal di anak benua India, telah membaca tulisan-tulisan Sayyid Quthub, yang tinggal di Mesir. Tulisan –tulisannya memuat gagasan-gagasan yang kuat, solid, atraktif, berani dan terasa sangat keras. Barangkali bukan merupakan suatu kesalahan apabila dengan tanpa alasan kita membuat korelasi antara tulisan–tulisan itu dengan postur tubuh Sayyid Quthub. Penulisnya, seperti juga tulisannya, pastilah seorang laki-laki bertubuh kekar, tinggi dan besar. Itulah kesan yang terbentuk dalam benak Al Nadwi. Tapi ketika ia berkunjung ke Mesir , ternyata ia menemukan seorang laki-laki dengan perawakan yang kurus, ceking dan jelas tidak kekar. Begitu juga dengan potret emosi seorang pahlawan. Kadang–kadang ketegaran dan keberanian para pahlawan membuat kita berpikir bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai sisi-sisi lain dalam dirinya, yang lebih mirip dengan sisi-sisi kepribadian orang-orang biasa. Misalnya, kebutuhan akan kemanjaan. Umar bin khattab mengajar sesuatu yang lain ketika beliau mengatakan : “jadilah engkau seperti seorang bocah didepan istrimu”. Laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi, besar, putih dan botak itu yang dikenal keras, tegas, berani dan tegar, ternyata senang bersikap manja didepan istrinya. Mungkin bukan cuma Umar. Sebab Rasulullah SAW, ternyata juga melakukan hal yang sama. Adalah Khadijah tempat ia kembali saat kecemasan dan ketakutan melandanya setelah menerima wahyu pertama. Maka kebesaran jiwa Khadijah yang senantiasa beliau kenang dan yang memberikan tempat paling istimewa bagi perempuan itu dalam hatinya, bahkan setelah beliau menikahi seorang Aisyah. Tapi beliau juga sering berbaring dalam pangkuan Aisyah untuk disisiri rambutnya, bahkan ketika beliau sedang i’tikaf dibulan Ramadhan. Itu mengajarkan kita sebuah kaidah, bahwa para pahlawan mukmin sejati telah menggunakan segenap energi jiwanya untuk dapat mengukir legenda kepahlawanannya. Tapi untuk itu mereka membutuhkan suplai energi kembali. Dan untuk sebagiannya, itu berasal dari kelembutan dan kebesaran jiwa sang istri. Kemanjaan itu, dengan begitu, barangkali memang merupakan cara para pahlawan tersebut memenuhi kebutuhan jiwa mereka akan ketegaran, keberanian, ketegasan dan kerja-kerja emosi lainnya.
Kepahlawanan membutuhkan energi jiwa yang dasyat, maka para pahlwan harus mengetahui dari mana mereka mendapatkan sumber energi itu. Petuah ini agaknya tidak pernah salah : “Dibalik setiap laki-laki agung, selalu berdiri wanita agung” dan mengertilah kita, mengapa sastrawan besar besar Mesir ini, Musthafa Shadiq Al Rafii, mengatakan “kekuatan seorang wanita sesungguhnya tersimpan dibalik kelemahannya” .

Selasa, 23 September 2008

MENCINTAI ITU KEPUTUSAN

Anis Matta

Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya. Lekat – lekat. Nanar.
Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar.
Ini bukan persekutuan yang mudah.
Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya.
Sebentar. Kemudian ia pun berkata, “ Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang kamu temui di sini.
Itulah kalimat pertama Utsman Bin affan ketika menyambut istri terakhir dari Syam, Naila . Selanjutnya adalah bukti.
Sebab cinta adalah kata lain dari memberi.
Sebab memberi adalah pekerjaan.
Sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan,
Menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat .
Sebab pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam waktu lama.
Sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh.
Maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia mengatakan , “ Aku mencintaimu.”
Kepada siapapun! Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian di situ.
Aku mencintaimu, adalah ungkapan lain dari Aku ingin memberimu sesuatu.
Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain dari, “ Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia…”
“aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin..”
“aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui kebijakan harian yang akan kulakukan padamu…”
“aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuat yang dapat merusak dirimu…”
Dan proses pertumbuhan itu taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita cintai terhadap integritas kepribadian kita.
Sekali kamu mengatakan kepada seseorang, “ Aku mencintaimu,”
Kamu harus membuktikan ucapan itu.
Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan,
Tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi,
Kesiapan dan kemampuan berkorban,
Kesiapan dan kemampuan pekerjaan-pekerjaan cinta:
Memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.
Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang lenyap.
Tak ada cinta tanpa kepercayaan.
Begitulah bersama waktu suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya.
Atau anak kehilangan kepercayaann kepada orang tuanya.
Atau sahabat kehilangan kepercayaan kepada kawannya.
Atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya.
Semua dalam situasi : cinta yang tidak terbukti.
Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh karena tidak dipercaya rakyatnya.
Jalan hidup kita biasanya tidak linear. Tidak juga seterusnya pendakian. Atau penurunan.
Karena itu, konteks di mana pekerjaan – pekerjaan cinta dilakuka tidak selalu kondusif secara emosional.
Tapi di situlah tantangannya : membuktikan ketulusan di tengah situasi – situasi yang sulit. Di situ konsistensi teruji.
Di situ juga integritas terbukti.
Sebab mereka yang bisa mengejawantah cinta di tengah situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktikannya dalam waktu yang longgar.
Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya mengatakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh.
Bahagia sebahagia-bahagianya.
Puas sepuas-puasnya.
Sampai tak ada tempat bagi yang lain.
Bahkan setelah sang pecinta mati.
Begitulah Naila.
Utsman telah memenuhi seluruh jiwa raganya dengan cinta.
Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh.
Ia merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya.
Tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu.
Dan barang siapa yang mena’ati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shadiqin, orang – orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya . (QS 4 : 69)

Senin, 05 November 2007

KEKUATAN SEDEKAH YUSUF MANSUR

Belajar dari semut
Mengikuti jejak K.H. Zainuddin MZ yang tenar sebagai da'i sejuta umat, Aa Gym da'i "sejuta hati", atau ustad Arifin Ilham yang identik dengan majelis zikir, nama Yusuf Mansur belakangan beken sebagai da'i penganjur sedekah. Dalam setiap tausiyahnya, penulis 30-an buku ini selalu mendengungkan kekuatan sedekah.

Tema sedekah - dihubungkan dengan pemberdayaan ekonomi umat - tampak mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Penceramah jebolan IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat ("Ane enggak punya ijazah, brenti waktu nyusun skripsi," katanya buka kartu dalam logat Betawi kental) ini pun laris bak kacang goreng. "Bulan ini (Agustus 2006 - Red.), enggak ada hari tanpa tausiyah. Satu hari bisa lima sampai enam tempat," aku seorang stafnya.

Yusuf kian identik dengan sedekah, setelah bareng rumah produksi Sinemart menggagas sinetron Maha Kasih. Sinetron yang ditayangkan sebuah stasiun teve swasta itu diangkat berdasarkan kisah nyata dan sarat pesan hikmah sedekah. Yusuf juga pernah menjadi Duta Dompet Dhuafa dan Duta Bank Muamalat. Tahun 1999 - 2000, Yusuf bahkan aktif di Majelis Syifa, yang mempraktikkan terapi sedekah untuk penyembuhan penyakit fisik.

Ceramah Yusuf terasa hidup, karena bapak dari dua orang anak ini selalu menyelipkan kisah nyata. Sekali waktu, ia berkisah tentang seorang buruh yang bersedekah Rp 5.000,- di sebuah acara tausiyah. Eh, begitu sampai di rumah, ada orang kaya numpang buang hajat di kamar mandinya. Setelah berhajat, musafir tadi menyerahkan Rp 50 ribu buat "jajan" anak si empunya rumah. "Pak ustad, sedekah saya dibalas 10 kali lipat hari itu juga," tutur sang buruh berkaca-kaca.

Yusuf juga fasih bertutur tentang kesaksian seorang office boy yang menyetor seluruh gaji pertamanya untuk ibunda tercinta. Esoknya, ia diganjar balasan setimpal, tak lebih tak kurang, Rp 600.000,-. Duit pengganti gaji itu didapatnya sebagai komisi jerih payah membantu menjualkan motor seorang teman. Setelah itu, selalu saja ada rezeki yang masuk ke kantung si office boy. Total jenderal di akhir bulan istimewa itu, ia "gajian" sampai Rp 5 juta - Rp 6 juta.

Kesaksian orang-orang yang pernah terbantu oleh sedekah itu ikut membentuk keyakinan Yusuf, bahwa kekuatan sedekah tidak main-main. Apalagi ia juga punya setori sendiri. Akhir 1990-an, selama beberapa bulan, Yusuf sempat merasakan pahitnya tinggal di rumah tahanan. Ia terbelit utang. "Pinjaman usaha yang mulanya sedikit, karena kebodohan saya, berbunga dan membengkak jadi lebih dari satu miliar. Orang Betawi bilang, bukan lagi gali lubang tutup lubang, tapi gali lubang tutup empang," ujar pemilik blog beradres wisatahati.multiply.com ini menerawang.

Saat dibekap kesulitan itulah, ia mengalami dua pengalaman luar biasa. "Di tahanan suatu kali saya merasa sangat lapar. Enggak ada makanan. Yang ada cuma sedikit sisa roti, saya simpan di bawah bantal. Tapi begitu roti mau saya makan, tampak semut berbaris di tembok sampai lantai. Saya merasakan itu sebagai pertanda alam, lalu teringat hadis, yang artinya kira-kira, Allah akan membantu hambanya, selama hamba itu mau membantu yang lain."

Tanpa pikir panjang, Yusuf menyerahkan sejumput roti itu pada gerombolan semut. Entah mengapa, ia begitu ingin bersedekah saat itu. "Lima menit kemudian, seorang sipir datang bertanya, 'Suf, udah makan apa belum?' Setengah percaya, saya menggelengkan kepala. Alhamdulillah, dalam hati saya tak putus-putusnya mengucap syukur," imbuh Yusuf.

Matematika Sedekah ala Ust. Yusuf Manyur

Agar keinginan mendapat balasan (materi) tercapai, sedekah mestinya dilakukan tanpa berpikir untung-rugi. "Jangan hitung-hitungan di depan Allah. Istilah saya, sedekah itu harus sampai mentok," Yusuf mengepalkan tangan kanan dan memukulkannya ke telapak tangan kiri. Tapi buat mereka yang masih suka bermatematika ria, Yusuf tak segan-segan menunjukkan rumus "sedekah mentok"-nya.

Misalkan, gaji Anda hanya Rp 1 juta, sedangkan kebutuhan mencapai Rp 3 juta, bagaimana cara menutupnya dengan sedekah? Taruhlah setelah mendapat pencerahan, Anda berniat sedekah sesuai anjuran agama, sekitar 2,5 % dari penghasilan. Berarti sedekah Anda 2,5% x Rp 1 juta = Rp 25.000,-. Secara fisik, uang Anda berkurang (Rp 1 juta - Rp 25.000,-) menjadi Rp 975.000,-, namun secara metafisik uang Anda sebenarnya Rp 975.000,- + Rp 250.000,- (Allah menjanjikan balasan untuk setiap sedekah minimal dikalikan 10) = Rp 1,25 juta. Jauh di bawah kebutuhan, 'kan?

Bagaimana jika sedekah dinaikkan jadi 10%? Hitung sendiri detailnya, tapi paling-paling Anda hanya mendapat Rp 1,9 juta. Tetap jauh panggang dari api. Nah, agar sedekah itu mentok, titik tolaknya bukan dari pendapatan, tapi dari kebutuhan. Jadi, jika Anda bersedekah 10% (10% x Rp 3 juta = Rp 300.000,-), "balasannya" kira-kira Rp 700.000,- (sisa gaji) + Rp 3 juta (sedekah dikalikan 10) = Rp 3,7 juta. Sudah melewati target? Pasti.

Namun, Yusuf juga mengingatkan, sedekah itu harus dijaga, jangan sampai "bocor". Cara menjaganya dengan rajin salat lima waktu, puasa sunat, salat berjamaah, salat malam, dan amalan-amalan sunat lainnya. Sebaliknya, jika seseorang belum bisa menghentikan kebiasaan bergunjing, berjudi, dan kebiasaan buruk lain yang dilarang agama, alih-alih mendapat balasan 10 atau 100 kali lipat, nilai sedekah malah bisa minus.

"Jangan anggap spiritual value itu enggak ada nilai ekonomisnya," bilang Yusuf, mengingatkan kembali, sehebat-hebatnya matematika manusia, masih lebih hebat matematika spiritualnya Dia yang di atas sana.